Ada apa dengan Marzuki Ali? Apakah ia sakit? Ucapannya kemarin yang mengusulkan pembubaran KPK lantaran salah satu pimpinannya bertemu Nazaruddin membuat saya sedikit kaget. Lebih melongo lagi ketika muncul pernyataan lanjutan untuk “mengampuni” para koruptor yang lari ke luar negeri. Piiran saya jadi berkecamuk. Jika hal ini terjadi di suatu negeri benua seberang sana – yang nama-nama pemimpinnya sulit dilafalkan – maka saya akan meneruskan menikmati makan malam dengan riang seperti biasa.
Saya jadi teringat perbincangan beberapa hari lalu dengan seorang pendidik di bidang hukum. Politik adalah ilmu untuk memutuskan sesuatu dengan bijaksana. Bukan “membuat kebijakan” itu sendiri. Dan sama sekali – mestinya – bukan ilmu untuk memperoleh dan atau melanggengkan kekuasaan. Tetapi, demi seluruh pahlawan yang tewas di zaman kemerdekaan, kok banyak ucapan politisi negeri ini berbau kentut ya: dan kita adalah lubang kakus yang – diharapkan – menerima begitu saja hasil metabolisme orang yang rakus.
Ah, aku jadi berpikir terlalu banyak.
Apalagi si Marzuki ini adalah wakil ketua dewan pembina Partai Demokrat, partai yang kini berkuasa di Indonesia Raya. Siapa ketuanya? Tak lain tak bukan adalah si presiden kita yang masih gembar pupuran nganggo tlethong.
Ah, jangan berpikir terlalu banyaklah. Cuma ternyata nggak nyaman ya satu negeri dengan “penguasa” yang idiot. Sungguh terlalu over-estimate saya sebelumnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar