Secepat semua partikel meluruh menjadi debu tak tampak, aku
kehilangan keresahan yang menyebabkan berkas-berkas RGB berubah menjadi
belati-rencong tak tampak. Sungguhpun ada, aku tidak di sana. Benar pun
tusukan-tusukan itu menajamkan rasa, terbangun di tengah malam, terjaga di dni
hari, dan oh lihatlah, radang itu berubah menjadi segupal keju yang terjatuh
dari jendela becak. Berkeriut hatiku maju untuk tamparan selanjutnya. Tanpa mengelak,
tanpa bisa memaksudkan diri untuk mengelak.
Jangan berteriak. Tetangga aan bangun. Pasung akan melekat. Lalu
hilang melenyap memunculkan mimpi tidur ayam. Bagaimana kamu bisa lari dari
semua ini. Lalu melesap tanpa kata.
Tembok tidak tampak dibangun di mana-mana. Meresah. Mengajak
embun mendesah. Aku ingin hujan. Melumerkan kala, melipat sabda, membawaku ke
pangkuan Gusti Allah. Yang tak pernah bosan mengerjaiku.
Siapa bilang aku harus ada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar