Kamis, 05 Maret 2015

Pagi Pohon

Pagi hari itu selalu menakjubkan. Sehitam apapun nasibmu, seburuk apapun sarapanmu, fajar yang merekah dengan konsisten memberi nuansa yang hangat dan menyenangkan. Bahkan ketika udara terasa pengap dan langit berwarna kelabu, pagi masih menyisakan kesegaran dan kemilau. Walaupun hanya bisa dibayangkan, karena berada di balik gemawan.

Keindahan dan pesona pagi bisa kamu lihat lewat matamu. Sejuknya udara bisa kamu rasakan lewat kulit dan bulu-bulu halus hidungmu. Namun, segenap keindahan yang bisa tercerap oleh pancaindera itu adalah satu hal. Dan hal yang lain – yang cukup berbeda dengan itu – adalah konsep mengenai pagi itu sendiri. Cobalah membayangkan pagi hari. Apa yang terlintas di benakmu? Suara burung, sinar matahari, langit biru lembut, sinar kuning-oranye di ufuk timur? Atau bisa dipanjang-panjangkan menjadi suara deburan ombak, senyuman, nasi goreng, kekasih, ... dan seterusnya dan seterusnya. Asosiasi memang kerap menjadi pintu akan banyak hal. Menyembunyikan yang ditahan-tahan, katanya. Pagi kerap bermain sebagai pemantik.