Kamis, 05 Juli 2012

Morning Sh*t


Today, I think I need to do something better than yesterday. I am not a good planner; moreover, unfortunately, I am not a good worker to realize all I had planned. This morning, in the middle of a lot of things I have to do today (when I felt trapped to manage them all since I woke up), I got an ideas for my blog. Not for this one, another blog. It’s more serious blog. But in the first 30 minutes, I couldn’t compose all the ideas into sentences and type them down on my notebook. I wrote, I deleted, wrote again, deleted again. It’s just like some small frustration in the morning. It was suck. I hate this.

So, I have more 30 minutes (25 exactly), and I will write something here. It won’t be something important. This is about me. This is about how the bad mood grows while I need some better mood to do these all. It’s unproductive. But, who said about productivity? I am not an industrial agent; I am not a machine in the complex array of tools and devices. It’s just me. I hate to wake up with many things to do. I just want to wake up with wide space of time. But, you’ll tell me that I’m not realistic, wont you?

Kamis, 28 Juni 2012

Tulisan Tidak Penting Lainnya


Menulis itu bikin malas. Menulis membuatku menunda mandi, menunda makan, dan menunda tidur lagi. Tetapi mungkin menulis jadi salah satu alasan agar aku tetap berpikir dan tidak tidur-tiduran seperti sayuran sepanjang hari. Lagipula, mungkin karena menulis sesuatu yang tidak penting justru mengemban misi mulia nan penting untuk menjaga diriku tetap waras. Terlepas apakah aku waras atau tidak, setidaknya saya menduga kita sama-sama setuju bahwa kewarasan itu perlu.

Ngelantur soal kewarasan, jadi ingat bukankah kewarasan itu hanya persoalan kurva normal? Dan siapakah maha dewa agung yang menciptakan kurva normal sehingga memisahkan manusia dari waras dengan tak waras? Saya tidak tahu. Pula, saya tak mau menambahi pekerjaan dengan mencari hal yang tak perlu. Toh, Anda pasti tidak mau memberi fee untuk itu.

Jelasnya, kurva normal itu tak perlu dipahami secara akademis dan ndakik-ndakik scientific thinking  oleh mendiang simbah saya untuk menentukan apakah unggas yang ada ditangannya seekor ayam atau bebek. Cukup melihat sekilas, beliau tahu betul bahwa ayam jauh berbeda dengan bebek. Tanpa perlu tes DNA.

Rabu, 20 Juni 2012

Sepi itu Korban, Rame itu juga Korban

Sekali lagi menambahi tulisan tidak penting. Aku ingat suatu hari berjuta tahun yang lalu ada seorang teman bertanya, "Apakah kesepian bisa membunuhku?" Ketahuan, batinku. Maksudku, ketahuan nyontek lagunya SLANK zaman itu: "Terbunuh Sepi". Bagaimanapun juga aku lupa apa jawabku. Mungkin nggak strategis dan profitable untuk diingat. Kurang lebih, aku tak pernah merasa bahwa kesepian mampu membunuh. Justru kita yang tak pernah bosan membunuhi sepi. Sehari bisa sampai belasan kali. Namun ibarat mati satu tumbuh seribu.

Entah mengapa telinga bawah sadarku menangkap bunyi senapan mesin dari film "Janur Kuning" dan "Operasi Trisula". Nyawa menjadi relatif harganya. Sementara presiden Suriah membunuhi rakyatnya sendiri dengan kecepatan yang mengagumkan serta ignorance yang tak kalah mengagumkan dari forum internasional, belasan prajurit gugur gara-gara menyelamatkan si kroco Ryan (lihat "Saving Private Ryan"?). Dari itu semua, ditambah puluhan ayam kampug yang tiap pagi dibantai di Pasar Terban tanpa sedikit pun penyesalan, apalagi keterlibatan ICRC, The Hague, atau DK PBB (sementara Aung Suu Kyi dipuja-puja di Eropa). Mengabaikan fiksi-nonfiksi, realita-surealis, optimis-sarkastik, bisa disimpulkan bahwa kematian itu memang relatif.

Sabtu, 16 Juni 2012

Pagi Hari


Pagi hari seperti ini: dingin, menyegarkan, berbau sabun, dan di hari Sabtu pula. Sisa-sisa pilek kemarin masih menyebabkan hidung-tenggorokan tidak nyaman. Pening sedikit. Mulut berasa seperti karat. Tambah sedikit absurd saat bangun tidur disambut lagu-lagu melayu cengeng tetangga, disambung perdebatan siapa yang akan berangkat mengambil raport. Ah, rumah di depan kamar. Mungkin suatu saat aku memindahkan kamarku di depan hutan. Atau kebun binatang saja. Setidaknya suara lengkingan gajah membuatku semangat, berasa menjadi Tarzan.

Aku tergoda untuk teringat zaman masih kecil dulu, ketika menyambut hari tanpa sekolah. Bisa mandi agak siang, bisa main lebih lama, bahkan bermain lebih jauh. Wah. Tetapi mengingat masa kecil bukanlah langkah strategis hari ini. Mengingat banyak pekerjaan yang menuntut untuk disentuh, mengingat banyak perubahan yang harus kulakukan, dan mengingat bahwa memang sangat banyak yang harus diingat. [1]

Minggu, 10 Juni 2012

Sejarah Tidak Penting


“Pasti ada maksud, mengapa Tuhan membiarkan kita lahir di dunia ini sendiri-sendiri (tentu kecuali kasus kembar siam, misalnya). Pasti ada sebab, mengapa kia tidak lahir tanpa pasangan, kekasih, cinta mati kita, dalam satu kali melahirkan. Seandainya demikian, hidup akan jauuuh lebih sederhana. Sinetron-sinetron akan tidak laku dan kehilangan sengatnya. Namun, sekali lagi … pasti ada maksud tertentu”
Mon ami, ini saatnya aku curhat. Dalam sebuah blog yang – thx God – anonymous ini, rasanya tak salah jika di hari Minggu yang nyaman dan tenang ini aku sedikit mengungkapkan atau lebih tepatnya “menelorkan” … membersihkan ingus kering … uthik-uthik upil, ngorek curek. Seperti yang sering kutulis di blog-ku dulu yang sudah koit, menulis bagiku adalah sarana agar tetap dianggap waras. Aku ini waras tetapi tidak gila.

Nah, begini ceritanya. Seperti yang barusan aku SMS-kan ke seorang temanku, “Ra duwe yang ki anugerah.” Tidak punya pacar itu anugerah. (Perkara kalian akan membatin bahwa ini adalah suara sarkastik agar Tuhan tersindir, itu soal lain. Ga ada gunanya membuat Beliau tersindir. Lagi pula aku bukan orang yang suka menyindir. Say it or telan saja!) Bagaimanapun juga, tidak punya pacar adalah suatu hak asasi setiap manusia. setiap orang punya hak untuk menerima suatu kondisi yang di dalamnya ia tak memiliki kendali 100%. Dan tak satupun manusia memiliki kendali 100% atas sesuatu, bukan?

Hahaha … aku kangen dengan tulisanku sendiri yang muter-muter kayak jejak jangkrik gini. Hahaha. (Itulah sebabnya tulisan ini disebut blog. Bukan The Fundamental of Thermodynamics in Planet Tatooine by Master Jedi.)